TERASKATA.COM

Dari Timur Membangun Indonesia

Ekonomi Indonesia Tak Terpengaruh Konflik Iran-AS

admin |
-Ilustrasi-

TERASKATA – Konflik Amerika Serikat dan Iran tidak memberikan dampak signifikan terhadap perekonomian Indonesia.

”Kami tidak melihat dampak dari apa yang terjadi. Peningkatan (Konflik Iran dan AS) ini, kami sebut ini bagian dari risiko geopolitik global,” kata Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo seperti dilansir dari CNN Indonesia.

Konflik tersebut juga tidak mempengaruhi nilai tukar rupiah. Hal itu dapat dibuktikan dari nilai kurs mata uang garuda yang terus menguat, dan bergerak sesuai fundamental.

”Terbukti dari apa? Premi risiko dalam bentuk CDS (Credit Default Swap) itu yang juga terus menurun,” jelasnya.

Tidak hanya itu, BI juga akan terus memantau berbagai perkembangan global secara berkelanjutan. Perkembangan hubungan dagang antara AS dan China membuat pertumbuhan perekonomian global berjalan ke arah positif.

”Alhamdulillah perkembangan yang sudah positif adalah hubungan dagang antara AS dan China yang dalam waktu dekat akan ada penandatanganan kesepakatan,” terang dia.

Berdasarkan paparan Perry, penandatanganan kesepakatan antara AS dan China yang rencananya diadakan pada 15 Januari diharapkan dapat membawa dampak yang positif bagi perekonomian global secara menyeluruh.

Perry mengatakan bahwa ekonomi dunia akan mengalami peningkatan menjadi sekitar 3 persen sampai 3,1 persen. Angka tersebut meningkat dari perkiraan tahun lalu yang hanya sebesar 2,9 persen.

”Dan tentu saja juga dengan kesepakatan perdagangan dengan AS dan Tiongkok, maka akan memberikan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ekspor dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dan juga memberikan persepsi risiko yang positif bagi aliran modal asing ke dalam negeri,” tutur Perry.

Kendati demikian, ia tak menampik risiko-risiko global, seperti pertikaian Iran dengan AS, Hubungan dagang China dan AS yang sempat memanas ataupun juga Brexit tentu saja berpengaruh kepada pertumbuhan ekonomi.

Hanya saja, pengaruh tersebut hanya efektif dalam jangka waktu yang tidak terlalu panjang, dan tidak berpengaruh secara signifikan bagi Indonesia saat ini.

“Di risiko global, kami tidak melihat dampak secara signifikan terhadap kondisi makroekonomi (Indonesia), maupun juga terhadap stabilitas eksternal, dan juga terhadap nilai tukar rupiah,” pungkasnya. (*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini