Opini : Kekhawatiran Resesi Ekonomi ditengah Pandemi Covid-19
Oleh: Muh Zulkifli (Mahasiswa Pasca Sarjana UMI Makassar)
Merebaknya virus Sars cov-2 ataupun julukan akrabnya covid-19 di berbagai belahan dunia yang pertama kali ditemukan di Wuhan China pada Desember 2019 lalu dan menyebar ke berbagai negara dan benua sehingga Virus Sars Cov-2 ini menjadi Pandemic, Diberbagai Negara telah memberlakukan kebijakan untuk memutus rantai penyebaran Virus Sars-2, seperti Negara Italia, China, Amerika Serikat, Spanyol, Thailand (de-el-el), telah memberlakukan kebijakan Lockdown (red : tindakan darurat ketika orang-orang dicegah meninggalkan atau memasuki suatu kawasan untuk sementara waktu) walau hanya di beberapa wilayahnya saja.
Upaya pemutusan mata rantai penyebaran covid-19 sebenarnya juga menghadirkan dampak baik terhadap stabilitas alam, anjuran untuk tidak berkumpul dan tetap dirumah misalnya, dengan mengurangi aktivitas diluar rumah sama halnya dengan mengurangi aktivitas berkendera, situasi ini dengan sangat luar biasa besar mengurangi polusi yang sejak lama pula menjadi soal besar terhadap alam
“Life is not a problem to be solved, but a reality to be experiented” dunia sedang mengajarkan kita untuk menerima kenyataan, tidak cukup dengan berbuah satu hasil diantara ribuan masalah lantas membuat kita berpuas hati, nyatanya dengan menerapkan Lokcdown juga menghasilkan dampak negatif lainnya, dampak lockdown terhadap Perekonomian misalnya.
Indonesia tidak menerapkan Kebijakan Lockdown total seperti negara-negara lain, karena jika hal itu diberlakukan secara total maka kemungkinan yang akan terjadi adalah Indonesia akan mengalamai resesi ekonomi yang mungkin lebih parah dari resesi ekonomi 1998.
PSBB adalah langkah baik yang telah ditentukan oleh pemerintah Indonesia walaupun PSBB adalah semi Lockdown namun tidak mematikan perputaran uang, dampak yang dihasilkan tidak separah bacaan kondisi jika lockdown total diberlakukan. Seperti yang kita pahami perputaran uang di Indonesia 75% berada di Jakarta selebihnya di pulau yang lain, dan perekonomian Indonesia didominasi oleh UMKM keduanya sangat berperan terhadap PDB (Produk Domestik Bruto)
Berikut saya mencoba untuk menggambarkan kontribusi UMKM terhadap Perekonomian Negara :
- UMKM menyerap hingga 89,2 persen dari total tenaga kerja.
- UMKM menyediakan hingga 99 persen dari total lapangan kerja.
- UMKM menyumbang 60,34 persen dari total PDB nasional.
- UMKM menyumbang 14,17 persen dari total ekspor.
- UMKM menyumbang 58,18 persen dari total investasi. (Peran UMKM dalam Perekonomian Indonesia)
Uraian angka dan persentase diatas seharusnya mengantarkan kita pada pertanyaan kira-kira apa yang akan terjadi jika Negara kita menerapkan lockdown secara total?, dengan penerapan PSBB saja pemerintah memprediksi pertumbuhan ekonomi tahun ini dalam skenario berat hanya tumbuh 2,35%, sedangkan skenario terfatal bisa berada pada angka -0,4%.
Terakhir yang penting untuk saya kemukakan adalah, Menjaga stabilitas Ekonomi sama halnya dengan menjaga relasi kemanusiaan, agar Ekonomi Nasional tidak terjadi Resesi yang mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran, peningkatan rasio kemiskinan, dan kemungkin terjadinya kriminalitas dimana-mana.
Kehadiran wabah ini betul menguji mental kita, dengan menjaga kewarasan untuk tetap mengikuti anjuran pemerintah adalah salah satu tindakan kecil yang mampu kita lakukan dalam upaya penyelamatan dunia. Selamat berkontribusi, dan berinvestasi dunia-akhirat.
Tinggalkan Balasan