Cerita Penculikan Sopir Online Makassar: 10 Hari Disekap, Ditinggal di Hutan Perbatasan Gorontalo-Manado

Arman pun tetap kukuh tidak mau mengakuinya bahkan dia sudah pasrah mau dengan apa yang akan dilakukan kepada dirinya.

“Jadi saya bilang sekarang saya Pak sudah pasrah. Terserah Bapak, kita mau bunuh ka mau apakah karena itu dua unit yang kita tanyakan ke saya, saya ndak tau. Sekarang saya sudah pasrah,” ucap Arman.

Setelah itu, pelaku menyuruh Arman untuk tidak bergerak dan akan diambilkan pakaian ganti.

“Tidak lama kemudian itu saya tidak tau pergi mi itu pelaku atau tidak karena sekitar 20 menit saya di situ menunggu dan merasakan dingin sekali di atas gunung. Saya berteriak dimana mi ini dua orang karena dua orang ji saya rasa seretka jadi dua orang ji itu kusebut,” ucapnya.

Namun karena tidak ada yang respons dari orang yang membawanya itu akhirnya dia sudah menduga kalau dia sudah ditinggalkan.

Setelah itu Arman kemudian mencoba melepaskan lakban yang mengikat tangannya dengan cara mengigitnya.

Setelah terbuka, Arman kemudian mencoba untuk melepaskan lakban yang menutupi matanya.

Karena sulit sekali untuk dibuka akhirnya Arman cuman membuka sedikit lakban di sisi matanya untuk bisa melihat di mana keberadaannya.

“Saya baru tau kalau saya lagi di hutan dan saya lihat di sebelah kanan ku itu ada yang melintas kayak cahaya lampu mobil. Jadi saya berpikir di situmi jalanan,” kata Arman.

Arman merayap ke arah cahaya yang melintas itu sambil menahan matanya supaya tidak tertutup lakban.

“Sebelum dapat ka jalan poros adami baju dalam itu naikat orang dipagarnya itu kuambil mi baru saya robek itu baju dalam. Baru saya tutupi mi kemaluan ku itu,” ujarnya.

Kemudian ia kembali berjalan menyusuri jalanan untuk mencari pertolongan warga sekitar dan setiap dia melihat mobil akan melintas ia bersembunyi di dalam got karena dia takut nanti pelaku yang kembali.

“Dalam perjalanan itu dengarma azan subuh jadi mengarah ke situ ma ka saya pikir di sana ada warga karena ada suara azan,” ucapnya.

Sebelum sampai di masjid, Arman akhirnya menemukan rumah penduduk. Dia singgah untuk minta tolong.

“Orang yang punya rumah na buka pintunya. Begitu dia lihat saya, dia langsung tutup pintunya karena mungkin dia takut lihat saya telanjang dan dengan mata tertutup,” ujar Arman.

Ditutupi pintu, Arman berteriak dan minta tolong untuk diteleponkan polisi kepada pemilik rumah tersebut dan bertanya posisinya sekarang di mana.

“Jadi itu warga bilang ini sudah Gorontalo di sebelah itu perbatasan Gorontalo-Manado,” kata Arman.

Setelah itu Arman kemudian meminta celana kepada pemilik rumah tersebut dan akhirnya diberikan celana dan dibukakan lakban yang menutupi matanya.

Pemilik rumah tersebut kemudian mengkonfirmasi kepada tokoh masyarakat setempat. Selanjutnya melaporkannya ke polsek terdekat.

“Di Polsek baru bisa komunikasi dengan keluarga saya dan disitumi juga dijemput sama teman-teman saya dari kumpulan driver kemudian dia bawa saya kembali ke Makassar,” tutur Arman.(*/int)

Komentar