KAHMI Agendakan Seminar SKI di FKN 2019

TERASKATA.id, Palopo – Majelis Daerah (MD) Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam (KAHMI) se Tana luwu mengagendakan kegiatan Seminar Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) dalam rangka memeriahkan Festival Keraton Nusantara (FKN) 2019 yang akan dipusatkan di Kota Palopo.

Demikian diungkapkan Sekretaris MD KAHMI Kota Palopo, Samsul Alam kepada teraskata.id. Ia mengatakan, Seminar SKI itu akan melibatkan empat MD KAHMI yang ada di Tana Luwu. Yakni MD KAHMI Kota Palopo, Luwu Timur, Luwu Utara, dan Kabupaten Luwu. Rencananya seminar itu akan dilangsungkan pada Agustus 2019 mendatang.

Meski demikian, Samsul mengaku pihaknya belum menentukan materi apa saja yang akan dibahas pada seminar keislaman itu. Sampai saat ini pihaknya masih fokus mempersiapkan tema yang matang dengan memperkaya persfektif. Bahkan dirinya mengaku rencana akan menghadirkan pemateri dari negara lain.

BACA JUGA: Pembangunan Pemuda Belum Maksimal

”Masih tentatif sifatnya, kami berupaya memperkaya perspektif sejarah itu, baru kita finalkan temanya,” kata Samsul.

Dalam menyelenggarakan seminar SKI itu, Kahmi se Luwu Raya terlebih dahulu akan melakukan komunikasi ke Majelis Nasional (MN) KAHMI. Itu dilakukan dalam untuk menentukan Narasumber yang akan mengisi materi sejarah kultur Tana Luwu.

”Kami akan bahas itu, kita nanti akan elaborasi bersama stering dan panitia, apa temanya yang cocok,” tambahnya.

Sekedar diketahui, ada banyak pendapat tentang Sejarah Kebudayaan Islam di Tanah Luwu. Berbagai pembuktian melalui penelitian ilmiah, menguatkan pendapat itu.

BACA JUGA: Mahasiswa Harus Ambil Peran Majukan Daerah

Dalam pengakuan banyak orang, masuknya ajaran Islam pertama kali di Tanah Luwu pada masa Baginda Raja ke XV La Pattiware Daeng Parebbung yang memerintah pada tahun 1585 sampai 1610 Masehi.

Konon tiga tokoh ulama mingkabau yakni Sulaiman atau Datuk Pattimang di Malangke, kerajaan Luwu, Abdul Makmur atau Datuk Ri Bandang, di Kerjaan Gowa dan Tallo, kemudian Abdul Jawad atau Datuk Ri Tiro di Bulukumba.

Ketiga tokoh ulama inilah pertama kali menginjakkan kakinya di Bumi Sawerigading kemudian meyebar di sulawesi.

”Baginda Raja, La Patiware di islamkan pada tanggal 15 Ramadhan 1013 H,
atau 5 Februari 1603 M. Datu Luwu tersebut kemudian diberi gelar Sultan Muhammad Mudharuddin. Dan ketika mangkat, diberi gelar Petta Matinroe Ri Ware,” demikian dalam buku Suriadi Mappangara dan Irwan Abbas, Sejarah Islam di Sulawesi Selatan, cetakan pertama diterbitkan oleh Lamacca Press, tahun 2003 yang yang dikutip skripsi Eka Lestari Mahsiswi UIN Makassar.(*)

Komentar