Sadis, Orang Tua Congkel Mata Anaknya untuk Pesugihan
Ada pula seorang pria berbaju hitam yang memegang kepala korban. Rudi mengaku tak mengenalinya. Namun, belakangan diketahui kalau dia adalah paman korban berinisial S, yang merupakan adik kandung T.
“Assulukko, assulukko,” perkataan itu didengar Rudi keluar dari mulut H. Kata itu adalah bahasa Makassar yang berarti “keluar”.
Saksi lain yang juga melihat itu yakni HM Dg Bella (64), Kepala Lingkungan Lembang Panai ini membeberkan, siang itu dia sedang duduk di teras rumah bersama dengan Babinsa dan beberapa warga. Mereka baru saja pulang dari pemakaman Dandy, kakak korban, putra pelaku.
Kemudian Dg Bella melihat Bayu, paman korban berteriak memanggil warga. Dia menyampaikan bahwa H akan membunuh anaknya. Dg Bella dan Babinsa bergegas masuk ke dalam rumah.
Dg Bella melihat T, ayah korban, sedang memegang kepala korban. Dg Bella juga melihat B, kakek korban, sedang memegang kaki dan tangan korban. Sedangkan ibu korban berinisial H, mencongkel mata korban. Alasannya, dia sedang mengobati anaknya karena ada sesuatu hal atau barang tidak baik di mata korban yang mau dia keluarkan.
Dg Bella lalu mengingatkan H agar berhenti mencongkel mata anaknya. Namun H tak mengindahkan. Babinsa lalu menarik H menjauh dari korban. Dg Bella lalu mengambil korban.
Namun, saat Dg Bella hendak keluar dari rumah, dia ditahan oleh nenek korban berinisial M, dengan cara memeluk Dg Bella dari belakang. Untung seorang anggota TNI segera mengambil korban kemudian dilarikan ke RSUD Syekh Yusuf, Sungguminasa, Gowa.
Sebagai kepala lingkungan, Dg Bella mengaku tak pernah mengetahui kalau H dan suaminya T, mengalami gangguan jiwa.
Sementara pengakuan paman korban, Bayu, keluarganya diduga mengamalkan pesugihan dan korban dijadikan tumbal. Pasalnya kata dia, di rumah itu selalu dilakukan ritual-ritual aneh pada malam tertentu.
Tinggalkan Balasan