TERASKATA.COM

Dari Timur Membangun Indonesia

Dugaan Analis Geopolitik, Miliarder Yahudi Terlibat Dibalik Demo Ricuh di Indonesia ?

admin |
George Soros (Founder Open Society Foundations) -net-

TERASKATA.Com, Jakarta – Analis geopolitik yang berfokus pada hubungan internasional, Angelo Giuliano, dalam wawancaranya dengan media Rusia Sputnik, mencurigai adanya pengaruh eksternal dalam protes nasional yang berlangsung di Indonesia beberapa hari terakhir.

Kecurigaan itu diawali dengan munculnya simbol bendera bajak laut “One Piece” yang dinilai sebagai pesan adanya pihak luar yang ikut memainkan situasi politik di Indonesia.

Dalam anime Jepang “One Piece”, bajak laut mengibarkan bendera hitam bergambar tengkorak dan topi jerami dalam perjuangan mereka melawan “tirani”. Juli lalu, simbol yang sama mulai bermunculan di berbagai daerah di Indonesia.

Giuliano bahkan menduga miliarder Yahudi George Soros di balik demo ricuh Indonesia. Meski demikian, dia tidak memungkiri demo ricuh tersebut mencerminkan keluhan ekonomi yang nyata.

Menurut Giuliano, pertama, bisa jadi itu adalah National Endowment for Democracy (NED), yang menurutnya telah mendanai media-media Indonesia sejak tahun 1990-an.

Kedua, Open Society Foundations milik miliarder Yahudi berkewarganegaraan Hongaria-Amerika Serikat; George Soros, yang aktif sejak tahun 1990-an dengan lebih dari USD8 miliar di seluruh dunia dan mendukung kelompok-kelompok seperti TIFA, mungkin juga berkontribusi.

Giuliano mengatakan dugaan keterlibatan mereka menimbulkan pertanyaan tentang agenda tersembunyi yang perlu ditelusuri.

“Selain itu, ini terkait dengan fokus Indo-Pasifik baru-baru ini di tengah ketegangan seperti konflik Kamboja-Thailand, yang mengisyaratkan motif geopolitik,” ujarnya.

“Ini persis seperti yang terjadi di Serbia. G7 menginginkan diktator lain yang didukung Amerika Serikat, seperti Soeharto di masa lalu,” imbuh Jeff J Brown, penulis The China Trilogy dan pendiri Seek Truth From Facts Foundation, seperti dikutip Sputnik, Senin (1/9/2025).

Menurutnya, Presiden Prabowo Subianto tidak sesuai dengan agenda mereka karena dia sedang meningkatkan hubungan dengan China, Rusia, SCO, dan BRICS.

“Negara ini adalah negara Asia Tenggara pertama yang bergabung dengan BRICS dan telah secara terbuka bekerja sama dengan China dalam Belt and Road Initiative global China,” paparnya.

Selain itu, Indonesia merupakan negara dengan ekonomi terbesar kedelapan di dunia dalam hal paritas daya beli (PPP), ekonomi terbesar di ASEAN, dan negara terpadat keempat, dengan hampir 300 juta penduduk.

“Dari sudut pandang imperialisme Barat, semua ini menjadi sasaran empuk bagi Indonesia, target yang sangat layak untuk diserang dengan revolusi warna yang direkayasa Barat,” kata Brown. (*/teraskata)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini