Komisi III Dorong Pemkot Kembangkan Jahe di Palopo
TERASKATA.id, Konawe Selatan – Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Palopo mendorong Pemerintah Kota Palopo mengembangkan komoditi Jahe.
Demikian diungkapkan Ketua Komisi III DPRD Kota Palopo, Steven Hamdani dalam laporannya yang diterima redaksi teraskata, setelah melakukan kunjungan kerja dan studi banding di Konawe Selatan, Jumat, (31/01/20).

”Sebaiknya Pemerintah Kota mengambil potensi tersebut untuk dikembangkan di Kota Palopo. Selain berpotensi dari sisi ekonomi bagi para petani jahe, penanaman jahe juga sangat mudah,” kata Steven.
Legislator Fraksi Golkar itu mengatakan, pemerintah perlu mengambil peran dalam memperhatikan tanaman jahe mulai dari budidaya hingga masa panen. Pangsa pasar tanaman jahe menurutnya tidak hanya skala lokal saja. Hasil produksi jahe bisa diserap oleh pasar nasional.
”Perusahaan besar tentu saja harus menjadi target bagi Pemerintah dalam melakukan kerjasama hasil produksi dengan para petani jahe. Harus diperhatikan pula mutu, kuantitas, dan keberlanjutan tanaman jahe dalam melakukan kerjasama dengan pihak ketiga,” lanjut politisi yang juga Ketua Percasi Kota Palopo ini.
Steven menyarankan, pemerintah untuk segera mengambil langkah-langkah strategis untuk memaksimalkan pengembangan jahe di Kota Palopo.
”Mulai dari pembentukan kelompok tani, pelatihan, pemberian bibit dan pupuk, bantuan peralatan, dan pendampingan hingga masa panen, serta pasar yang jelas, sehingga potensi ini dapat berjalan maksimal dan menjadi sumber penghasilan produktif bagi masyarakat,” tandasnya.
Sekedar diketahui, Komisi III DPRD Kota Palopo melakukan konsultasi terkait potensi tanaman jahe di Kantor Dinas Perkebunan dan Holtikultura Provinsi Sulawesi Tenggara dan Kunjungan Lapangan Lahan Pengembangan Jahe di Kabupaten Konawe Selatan .
Pada konsultasi yang berlangsung Kamis-Jumat, 30-31 Januari 2020
itu diikuti Wakil Ketua DPRD Kota Palopo, Abdul Salam, Ketua Komisi III, Steven Hamdani, Anggota Komisi III, H. A. Herman Wahidin, Robert A. Rante, Dahri Suli, Bogi Harto Tahir, Darmawati, dan Christin Lupita Dengen.
Dari kunjungan itu, diketahui jika pengembagan tanaman jahe tidak memerlukan lahan dengan spesifikasi khusus, bahkan dapat ditanam diantara pepohonan tanaman lainnya. Selain itu, iklim tropis yang ada juga menunjang tumbuh kembang jahe.
Jahe juga menjanjikan potensi ekonomi bagi petani, sebab tanaman jahe punya pasar tersendiri dan harga jual relatif stabil. Konawe Selatan dan Buton adalah dua daerah di Sulawesi Tenggara yang menjadi penghasil terbesar tanaman jahe. Khusus Konawe Selatan diperkirakan 120 hektar lahan yang terpakai untuk menanam jahe dari kurang lebih 600 hektar lahan jahe di Sulawesi Tenggara.
Jenis jahe yang dikembangkan yaitu Jahe Gajah, Jahe Emprit, Jahe Merah, dan Jahe Ganyong. Waktu penanaman menjelang musim penghujan dan waktu panen menjelang musim kemarau. Masa tanam jahe berkisar 6-8 bulan dari pembibitan sampai di panen.
Hasil tanaman Jahe di Sultra sudah mempunyai pasar di Pulau Jawa bahkan ekspor sampai ke Belanda, India, dan Pakistan. Adapun kendala yang dihadapi petani jahe adalah virus dan jamur yang bisa menyebabkan kegagalan panen. (*)
Tinggalkan Balasan