TERASKATA.COM, LUWU TIMUR – Kedatuan Luwu, kerajaan tertua di Sulawesi Selatan menghidupkan kembali salah satu lembaga adatnya, Rato Salumaoge, setelah 400 tahun.
Pengaktifan kembali Rato Salumaoge ditandai dengan pengukuhan pemangku adat ke-3 Rato Salu Maoge Pamona, di Dusun Mabungka, Desa Kasintuwu, Kecamatan Mangkutana, Luwu Timur, Sulawesi Selatan, Kamis (17/6/2021).
Adalah Malkan Keayo Bouw yang dikukuhkan sebagai Tokoi Rato Salumaoge melalui prosesi sakral dan disaksikan Datu Luwu ke-40, La Maradang Mackulau Opu To Bau.
Tokoi Rato Salumaoge Malkan Frans Keayo Bouw, mengatakan peradaban Rato Salumaoge telah hilang ratusan tahun dan selama 70 tahun lembaga adatnya bagai anak yang hilang ditelan masa dan kini bangkit kembali.
“Lembaga adat kami hilang sekitar 70 tahun silam, bahkan tanah leluhur kami tidak terjamah sampai hari ini, jadi dengan dibangkitkannya kembali maka kami masyarakat Rato Salomaoge ingin kembali mengisi tanah leluhur dan memanfaatkan kembali,” kata Malkan yang berprofesi sebagai pengacara ini, Kamis (17/6).
Dengan dikukuhkannya lembaga adat Rato Salumaoge, Malkan berharap bisa menjalin kerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Luwu Timur.
“Sehingga kami dapat mengolah kembali dan membangun permukiman bahkan bisa memanfaatkan tanah dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat Rato,” kata Malkan.
Kondisi alam masyarakat adat Rato Salumaoge yang berada di pegunungan Luwu Timur, dipenuhi dengan sumber daya alam seperti hutan alam dengan faunanya masih terpelihara dan memiliki kearifan lokal tersendiri.
Kondisi ini mulai terancam dengan masuknya pemburu satwa liar berupa fauna khas Sulawesi yakni anoa, babirusa dan rusa.
“Ancaman kepunahan fauna seperti anoa, babirusa, dan rusa kini terancam dengan masuknya pemburu liar yang sekarang ini hampir setiap saat datang ke Rato untuk berburu untuk dijadikan dendeng. Untuk itu kami meminta kepada pihak petugas untuk memberikan kami perlindungan,” ujar Malkan.
Komentar