TERASKATA.COM

Dari Timur Membangun Indonesia

Jangan Malu jadi Anak Petani!

admin |

Oleh : Brenda B | Mahasiswi PAI IAIN Palopo

Terlahir dari pasangan Basmin dan Asmi yang berprofesi sebagai petani di Kab.kolaka utara Sulawesi tenggara,saya Brenda bangga mempunyai orang tua yang berprofesi sebagai petani karena dari mereka saya bisa belajar tentang kerja keras dan kemandirian. 

Orang tua saya tidak pernah mengeluh,mereka selalu mengajarkan saya cara bersyukur. Mereka selalu berkata “jangan malu jadi anak petani karena ini adalah pekerjaan yang halal dan kita bisa makan dari hasil keringat sendiri”.

Di mulai dari lahan yang diberikan oleh kakek dan nenek, mereka memulai hidup mandiri dengan mengelolah lahan tersebut hingga saat ini dan Alhamdulillah Allah maha baik berkah di balik kerja kerasnya lahan papa mama saya tidak hanya di 1 tempat saja.

“Dulu orang tua saya mengolah lahan pertanian menggunakan alat tradisional yang tentunya sangat menguras tenaga tetapi di sini daerah saya desa bangsala kec.porehu saling membatu satu sama lain masih di lakukan hingga saat ini, dan juga saat ini dengan adanya modernisasi dengan kecanggihan teknologi mengelolah lahan pertanian lebih mudah serta mengurangi tenaga. Saya dan kakak laki-laki saya Muh. Faizal. B telah terbiasa dengan dunia pertanian. 

Menjadi keseharian kami untuk membantu orang tua apalagi pada saat adanya pandemi covid-19 ini kami banyak di ladang mulai dari menanam hingga memungut hasil panen, Mama selalu bilang

“jangan tinggal di rumah ayo ke kebun mengeluarkan keringat agar virus tidak bersarang dalam tubuh”

Berkat hasil dari kerja keras mereka saya dan kakak saya bisa melanjutkan perguruan tinggi di IAIN PALOPO.

Saya tidak tau pasti apakah hanya di daerah saya yang 90% orang berprofesi sebagai petani, tapi kami sebagai anak sungguh sangat bangga. Mereka menanamkan prinsip dalam hidup yaitu “Sangat rugi jika tidak bisa menanam 5000 dalam sehari” itulah prinsip mereka.

Meskipun saat pandemi covid ini harga sering naik turun, lalu harga sembako naik yang membuat masyarakat menjerit, tetapi itu sangat tidak mematahkan semangat juang mereka. 

Sungguh mereka tidak kenal lelah,terik matahari yang membuat mereka semangat menyemprot ataupun hujan yang membuat mereka semangat menanam. “SEHAT SELALU PAHLAWAN HIDUP”.

Saya berpesan untuk generasi muda lainnya. “Jangan malu jadi anak petani” bagaimana pun mereka selalu mencari jalan yang terbaik agar keluarganya bisa makan.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini