TERASKATA.COM

Dari Timur Membangun Indonesia

Krisis Regenerasi Petani di Cianjur: Menghadapi Ancaman dan Membentuk Petani Siaga

admin |

TERASKATA.COM – Cianjur, sebuah kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Barat, menghadapi tantangan serius dalam regenerasi petani. Minat generasi muda untuk terlibat dalam sektor pertanian semakin menurun, dan hal ini menjadi ancaman bagi keberlanjutan sektor tersebut. Untuk mengatasi masalah ini, Kesatuan Aktivis Wahana Alam dan Lingkungan Hidup (KAWALHI) mengadakan Workshop dan membentuk Petani Siaga 2023 di Cianjur.

Workshop tersebut diadakan pada Minggu, 28 Mei 2023, di Aula SMP Negeri 1 Cianjur, yang terletak di Jalan Siliwangi No. 94, Pamoyanan, Kecamatan Cianjur. Acara ini dihadiri oleh 45 peserta dari berbagai kalangan, termasuk para pembicara dan pengusaha terkait sektor pertanian.

Dalam workshop ini, terdapat beberapa pembicara berpengalaman dan kompeten di bidang pertanian. Mereka membahas isu-isu terkait regenerasi petani dan berbagi pengalaman serta solusi untuk mengatasi tantangan tersebut. Pembicara yang hadir antara lain Dandan Hendayana, SP.MP (kabid tanaman pangan), M. Lutfiana (pengusaha tembakau), Arif Rahman Hakim (Pengusaha tani), dan Deden Ahmad Romadon (Aktivis lingkungan).

Dalam kesempatan tersebut, Dandan Hendayana menekankan pentingnya melihat potensi sumber daya manusia (SDM) dan kondisi saat ini terkait partisipasi angkatan kerja di sektor pertanian. Meskipun partisipasi angkatan kerja di sektor pertanian Cianjur saat ini hanya sebesar 11%, namun berdasarkan potensi generasi milenial, angka tersebut mencapai 25%. Terdapat ketimpangan antara potensi besar generasi milenial yang merupakan usia produktif dengan realisasi yang masih relatif rendah.

Terdapat kekhawatiran terkait tren menurunnya partisipasi petani milenial di sektor pertanian, yang berarti regenerasi petani akan mengalami kesulitan jika tidak ada generasi muda yang melanjutkan. Generasi milenial saat ini yang berusia 24 tahun akan menghadapi usia produktif hingga 55 tahun, sehingga jika potensi produktif mereka tidak dimanfaatkan dalam sektor pertanian, akan terjadi krisis ketiadaan sumber daya manusia yang produktif di sektor tersebut. Sumber daya manusia yang seharusnya mengisi sektor pertanian akan beralih ke sektor lain.

Menurut Haeruman Faisal, Ketua Kawalhi, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan generasi muda enggan menjadi petani di Cianjur. Beberapa faktor yang mempengaruhi minat generasi muda untuk terlibat dalam pertanian antara lain:

Ketidakpastian ekonomi: Pertanian sering dianggap sebagai pekerjaan dengan penghasilan yang tidak stabil dan kurang menjanjikan. Generasi muda cenderung mencari pekerjaan yang menawarkan stabilitas ekonomi dan peluang kemajuan karir yang lebih jelas.

Persepsi negatif terhadap pertanian: Terdapat stigma bahwa pertanian adalah pekerjaan yang kurang bergengsi dan dianggap kurang modern. Generasi muda lebih tertarik pada pekerjaan yang dianggap inovatif, teknologi, dan terkait dengan sektor seperti IT, keuangan, atau kreatif.

Kurangnya akses pendidikan dan pelatihan: Minimnya kesempatan untuk mendapatkan pendidikan dan pelatihan pertanian yang memadai dapat mengurangi minat generasi muda untuk terlibat dalam pertanian. Jika mereka tidak memiliki pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan, mereka mungkin merasa kurang percaya diri untuk memulai karir di bidang pertanian.

Kendala akses lahan dan sumber daya: Terbatasnya akses terhadap lahan pertanian yang subur dan sumber daya pertanian seperti air irigasi, bibit, atau pupuk dapat menjadi hambatan bagi generasi muda yang ingin memulai usaha pertanian mereka sendiri. Persaingan dengan petani yang lebih tua juga dapat membuat sulit bagi generasi muda untuk memulai usaha mereka.

Kurangnya dukungan kebijakan: Kurangnya dukungan kebijakan dari pemerintah dan kurangnya insentif bagi petani muda dapat mengurangi motivasi mereka untuk terlibat dalam pertanian. Kebijakan yang tidak memadai dalam hal pembiayaan, bantuan teknis, dan pengembangan pasar dapat menjadi hambatan bagi generasi muda.

Untuk mengatasi kendala-kendala ini, diperlukan upaya kolaboratif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, institusi pendidikan, komunitas pertanian, dan lembaga keuangan. Program pendidikan dan pelatihan yang menarik, insentif keuangan, akses lahan dan sumber daya yang memadai, serta dukungan kebijakan yang proaktif dapat membantu membangun minat generasi muda dalam pertanian.(uzi)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini