OPINI: Bandit dan Badut Berkolaborasi
Oleh: Yusril Hidayat (Mahasiswa Pascasarjana Ilmu Politik Unhas Makassar)
Majunya putra raja dalam perebutan tahta kota di kota S membuat seluruh perangkat bekerja maksimal. Bahkan
Seorang petahana yang ingin maju kembalipun langkahnya terhenti setelah dia kembali dari istana. Berbagai persepsi pun hadir meliputi balutan pemikiran semua orang, kenapa bisa dan ada apa ?
Relasi kuasa
Mereka yang maju dan mudahnya memboyong parpol sebagai kendaraan politik adalah orang-orang yang memiliki kekuasaan dan harta, bukan yang hanya bermodalkan semangat serta kemampuan dalam memimpin.
Politik Kartel
Gabungan parpol adalah sistem pelanggengan politik dinasty, bermodal relasi kuasa memudahkan dalam membangun koalisi partai, oleh karena itu dia yang tidak memiliki relasi kuasa sama sekali akan sulit membangun koalisi partai.
Salahkah Demokrasi ?
Konsep demokrasi meleluasakan semua kalangan berhak memilih dan dipilih (Political rights) sehingga siapapun berhak ikut dalam ajang perebutan tahta. Dalam kasus majunya putra raja merupakan bentuk konsep demokrasi olehnya itu tidak ada yang salah dalam sistem demokrasi.
Hanya saja
Secara Etika Politik
Petahana yang diduga akan maju dalam Perebutan tahta di kota S mundur dengan adanya tekanan eksternal dilain sisi kendaraan yang digunakan di awal pertarungannya pun lebih memilih putra sang raja yang notabenenya org yg baru muncul yang belum memiliki pengalaman dan kontribusi yg cukup terhadap kendaraan tersebut. ini seakan memaksakan putra raja lah yang harus menduduki tahta dengan bantuan tangan2 tak terlihat. Bukan dengan yang memiliki pengalaman (kader) dan kontribusi yg cukup.
Belum lagi Dengan adanya politik kartel, gabungan koalisi partai yang kemudian mengusung sang putra raja untuk maju dalam konstalasi sangat membuktikan bagaimana kekuatan tangan2 tak terlihat tersebut. Sehingga kader2 yang memiliki kontribusi cukup terhadap partai pengusung dengan perlahan harus tunduk dan legowo menerima secara terpaksa keputusan itu.
Kader partai bukan lagi syarat untuk mengusung namun syarat sahnya yaitu legalitas ketua partai tanpa melihat apakah dia kader ataukah seberapa besar kontribusi/pengalaman dalam membesarkan partai.
Dalam
Penyalahan etik partai ini tidak terlepas dari peran badut dan bandit, adanya kompromi kepentingan menjadikan nilai-nilai etik kepartaian pun tidak berarti, secara politik kompromi kepentingan memang hal yang lumrah bahkan menghalalkan segala cara adalah instrumental yang diwajarkan oleh mereka2 yang berjubah bandit dan badut.
Kerja Bandit dan Badut
Dengan majunya putra raja merupakan PR bagi mereka yang berlabel bandit dan badut (elit), jika semua gabungan partai mengusung putra sang raja maka kemungkinan besar hanya ada satu calon.
Ini menjadi catatan sejarah anak raja memperebutkan tahta ditengah kepemimpinan sang raja.
Akankah
Diterima ataukah tertolak ?
gabungan partai akan dihadapkan dengan voters, ditengah masa kepemimpinan sang raja, ini bisa menjadi hal yang menguntungkan begitupun sebaliknya.
Memanfaatkan kuasa badut dan bandit bisa jadi hal yg sangat menguntungkan untuk mendapatkan suara Voters dengan bermodalkan semua tools yang digunakan.
Disisi lain, Voters bisa bercermin dari evaluasi kerja sang raja selama beberapa periode ini untuk memberikan penilaian terhadap sang putra dan ini bisa jadi hal yang tidak menguntungkan bagi sang putra.
Untuk itu, semua mesin partai, tools, bandit dan badut berkolaborasi untuk memenangkan sang putra raja, jika terjadi kekalahan maka ini adalah sejarah yang akan tercatat sepanjang masa dikrenakan yang maju adalah putra sang raja yang berlawanan dengan kolom kosong.
Tinggalkan Balasan