TERASKATA.COM

Dari Timur Membangun Indonesia

OPINI : Luwu Utara Poros Penyangga Pangan Ibukota Baru RI

admin |
Bahtiar Manadjeng

oleh: Bahtiar Manadjeng, SP.
( Sekertaris Umum Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) BPW Provinsi Sulawesi Selatan ).

TERASKATA.id, Luwu Utara – Melalui rapat terbatas pemerintah pusat pada tanggal 29 April 2019, Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo memutuskan untuk memindahkan ibu kota baru ke luar Pulau Jawa, ke Kabupaten Penajam Paser Utara (PPU) Provinsi Kalimantan Timur. Pemindahan ibu kota ini tertuang dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2020-2024.

Pemindahan ibu kota Republik Indonesia ke kawasan Indonesia Tengah harus dilihat sebagai sebuah peluang pertumbuhan bagi daerah-daerah dikawasan Indonesia bagian tengah dan timur. Pemindahan Ibu Kota harus memberikan dampak pertumbuhan ekonomi kawasan.

Sulawesi Selatan merupakan Provinsi yang harus memendapatkan keuntungan besar dalam pemindahan Ibu Kota baru ini. Sebagai daerah agraris, Sulawesi Selatan harus menangkap peluang untuk menjadi penyangga sekaligus poros utama penyediaan pangan atas pertumbuhan populasi penduduk di ibu kota yang baru nantinya.

10 tahun kedepan, berbagai komoditi pertanian potensial Sulawesi Selatan harus dibangun secara bertahap baik infrastrktur maupun suprastrktur pendukungnya. Sulawesi Selatan sebagai daerah yang sangat subur harus menjadi penyedia pangan utama. Berbagai produk perikanan seperti ikan laut, ikan tambak seperti bandeng, mujair, nila, lele, udang dan kepiting, produk peternakan seperti daging sapi, ayam potong dan telur ayam, produk buah-buahan seperti jeruk siam/keprok, manggis, durian, langsat, duku, buah naga, rambutan hingga apel, produk umbi-umbian seperti talas, ubi jalar, ubi kayu dan lainnya.

Selain itu produk sayuran seperti bawang merah, kentang, wortel, cabai besar, cabai keriting, cabai rawit hingga tomat, produk perkebunan seperti kelapa sawit, kopi dan kakao hingga produk pangan seperti jagung, beras (padi) hingga pangan sehat seperti tepung sagu dapat dihasilkan oleh petani dalam skala besar jika diolah dengan baik. Berbagai komoditi ini dapat tumbuh maksimal di seluruh wilayah Sulawesi Selatan. Sisa membuat zonasi produksi komoditi pertanian kita.

Kabupaten Luwu Utara merupakan salah satu daerah tingkat II di provinsi Sulawesi Selatan, Ibukota kabupaten terletak di Masamba. Kabupaten Luwu Utara yang dibentuk berdasarkan UU No. 19 tahun 1999 merupakan pecahan dari Luwu Utara.

Sebagai Kabupaten terluas di Provinsi Sulawesi Selatan, 7.502 km persegi dengan populasi petani sekitar 85% dari total penduduk 310.470 orang (BPS, 2018). Luwu Utara dengan curah hujan yang sangat tinggi, rata-rata mencapai 200 mm/bulan, tofografi wilayah mulai dari 0 mdpl hingga 1.700 mdpl yang menjadikan daerah ini potensial sebagai sentra produsen pangan di Indonesia.

Sungai Harus Menjadi Berkah, Bukan Bencana

Luwu Utara terbelah dari pegunungan hingga ke pesisir teuk Bone dengan 7 aliran sungai besar yang merupakan wujud kebaikan dan keberkahan Tuhan atas masyarakat Luwu Utara. Sungai-sungai ini dialiri air yang merupakan kebutuhan dasar manusia, termasuk dalam pembangunan sektor pertanian, malah air sangat vital.

Ketidakmampuan kita mengelolah alam & bersyukur kepada kepada Tuhan membuat berkah berubah menjadi bencana, banjir luapan sungai Rongkong masih terjadi setiap tahun dan memusnahkan ratusan hektar tanaman pertanian produktif dengan kerugian puluhan Milyar. Hal ini tidak boleh terulang lagi, aliran sungai ini harus menjadi berkah, terutama aliran sungai Rongkong.

Saat ini, lahan sawah irigasi Kabupaten Luwu Utara mencapai 14.392 hektar, non irigasi 13.261 hektar dengan rata-rata produktivitas hanya 5,3 ton/ha. Berdasarkan uraian kadis PUPR Kab. Luwu Utara beberapa waktu yang lalu, pembangunan Bendung Sungai Baliase sudah rampung walaupun jaringan irigasinya baru mencapai 40%, jika jaringan irigasi dari Bendung Baliase ini rampung maka akan mengairi lahan sawah setidaknya 23.000 hektar, hal ini menambah luas lahan irigasi Luwu Utara dari existing saat ini 14.392 hektar dari aliran air Bendung Sungai Bone-bone.

Bendungan Sungai Rongkong

Jika kedepan Sungai Rongkong bisa kita bangun, bendungan dengan jaringan irigasinya maka potensial bisa mengairi lahan sawah sekitar 27.000 hektar di Luwu Utara, ini tentu hal yang sangat baik untuk menjadikan Luwu Utara sebagai Kabupaten terluas lahan sawah irigasinya di Sulawesi Selatan, kita akan memiliki setidaknya 64.000 hektar lahan sawah irigasi dengan instensitas penanaman setidaknya 2 kali per tahun.

Selain manfaat bendungan untuk lahan persawahan, manfaat lain dengan pembangunan bendungan ini akan menjadi solusi atas banjir luapan sungai rongkong selama ini, selain itu akan menjadi sumber listrik pembangkit listrik tenaga air, PLTA. Dengan demikian, setidaknya 3 keberkahan dari satu sentuhan pembangunan. Kedaulatan Pangan, Bebas Banjir dan Ketahanan Energi, Fantastis!

Jika pemerintah bersama stakeholder pertanian mampu memaksimalkan lahan sawah irigasi, menaikkan rata-rata produktivitas sawah kita dari 5,3 ton menjadi 7 ton/ha dengan rendemen gabah 60% maka setiap tahun kita akan menghasilkan 896.000 ton gabah kering panen atau 537.500 ton beras. Jika harga gabah dilevel petani sebesar Rp.5.000/kg maka setiap tahun petani padi Kabupaten Luwu Utara akan menghasilkan Rp. 4,4 Triliun. Ini baru komoditi padi saja, tentu jika dimaksimalkan semua komoditi potensial Luwu Utara maka tentu akan menjadikan Luwu Utara sebagai Kabupaten terkemuka di Indonesia.

Jika rata-rata konsumsi beras per kapita 114 kg maka konsumsi beras masyarakat Luwu Utara hanya 35.393 ton dengan populasi 310.479 orang. Ini artinya Luwu Utara akan surplus beras sebanyak 502.107 ton per tahun. Produksi lebih ini yang biasa kita istilahkan surplus akan kita persiapkan untuk supply Kabupaten/Kota, Provinsi lain, terutama untuk Provinsi Ibukota Baru yang akan datang, Kalimantan Timur. Selain itu kita akan maksimalkan pasar expor kebeberapa negara, seperti Malaysia, Singapura hingga Jepang dan negara-negara Timur Tengah & Afrika.

Selain padi, Luwu Utara bisa menjadi sentra komoditi jagung, ikan bandeng, udang, rumput laut, sapi, ayam & telur, madu, kopi, kakao, jeruk, durian, rambutan, semangka, manggis, duku, langsat hingga sayur-sayuran seperti kentang, kubis, wortel, kacang panjang, timun, cabai, tomat dan yang lain. Luwu Utara sangat subur, sudah waktunya kita memaksimalkan potensi sumberdaya alam kita, memajukan pertanian untuk kesejahteraan masyarakat Luwu Utara dan kemajuan Indonesia.

Jika kita bisa mewujudkan impian ini, melalui kelimpahan komoditi pertanian Luwu Utara, maka sangat pantas kita menyambut riang gembira kepindahan ibu kota baru RI ke Kalimantan Timur karena Kabupaten Luwu Utara berpotensi menjadi poros penyangga pangan Indonesia, terutama bagi ibu kota baru yang akan datang. Inshaa Allah.(*)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini