OPINI: Politik, Pemuda, dan Pandemi

Oleh : Muh Taufiqul Hakim (Mahasiswa Pascasarjana UMI)

DIMASA pandemi ini, sangat sulit melakukan kegiatan diluar rumah apalagi yang mengerahkan banyak massa atau kerumunan, karna semuanya serba terbatas.

Ditambah lagi dengan adanya pesta politik yang harus tetap digelar namun tetap memperhatikan protokol kesehatan.

Tak banyak yang meminta agar pilkada ini ditunda dengan alasan akan menambah klaster baru pandemi.

Namun menurut saya jika keputusan politik diambil dengan asumsi makin meningkat permintaan penundaan dari warga yang akan menghadapi Pilkada di tahun ini, itulah sumber golput terbesar kita.

dampaknya, bisa saja kepala daerah yang terpilih tidak memiliki legitimasi yang cukup kuat karena angka partisipasinya kurang. Sebab, Pilkada dan pandemi COVID-19 adalah 2 hal yang bertolak belakang, di mana pandemi COVID-19 mengharuskan masyarakat berdiam di rumah, sedangkan Pilkada identik dengan partisipasi aktif dalam politik, termasuk aktif di kampanye dan pemilihan.

Oleh karena itu, jika calon kepala daerah Pilkada mau menang dalam pemilihan ini, mereka harus memiliki elektabilitas yang tinggi. apa pun gendernya, jika memiliki elektabilitas di atas 87 persen, berpotensi menang. Itulah pentingnya meningkatkan popularitas disaat pandemi COVID-19.

Disinilah peran pemuda dalam hal ini pemuda diharapkan untuk menjadi agent of change, yaitu pihak yang mendorong terjadinya transformasi dunia ini ke arah yang lebih baik melalui efektifitas, perbaikan dan pengembangan. Melalui teknologi, gencarkan, ajak dan galakan edukasi semasif mungkin. Himbau sesering mungkin tindakan-tindakan pencegahannya. Jelaskan dan ingatkan selalu pentingnya stay at home. Jadilah relawan bagi sekitar yang membutuhkan dukungan makanan dan obat dengan tetap menjaga prinsip pembatasan sosial ditengah pilkada yang terus berlanjut ini. (*)

Komentar