Penindasan yang dilakukan Belanda menyesakkan hati Soekarno yang kala itu sedang di usia muda dan membara untuk mengentaskan penjajahan dari negeri yang dicintainya.
Beliau juga dikenal sebagai sosok pemimpin yang kharismatik dan mampu memengaruhi rakyat-rakyatnya untuk menjadi nasionalis yang sejati.
Seluruh masyarakat yang sudah mendengar pidatonya pasti langsung terpukau dan semakin membara semangatnya.
Persuasive power yang dimilikinya juga dikenal seantero nusantara bahkan Syahrir yang kala itu sempat bertentangan berpendapat dengannya tetap mengakui kehebatan persuasi Soekarno.
Selain itu, dalam segala urusan keseharian dengan rakyat, beliau memiliki signature style yang menjadi tanda pengenal kehadirannya. Apalagi selain kopiah beludru hitam yang beliau kenakan kemanapun Ia pergi.
Hal ini juga beliau kenakan sebagai lambang kebangsaan bagi para pejuang kemerdekaan. Dalam segala perjalanannya mengenal masyarakat, beliau juga menyisipkan nilai-nilai nasionalis yang ada dalam Marhaenisme.
Marhaenisme ini juga lahir dari cerminan renungan Soekarno kala itu. Beliau bertemu dengan seorang petani kecil yang sedang mencangkul di tanah miliknya.
Tampilannya lusuh, seperti kebanyakan dari rakyat Indonesia di masa itu. Dari situ, muncullah pertanyaan dalam diri Soekarno dan beliau pun bercakap-cakap dengan sang petani yang bernama Marhaen ini.
Marhaen adalah seorang petani kecil yang bekerja di ladangnya sendiri, memiliki gubuknya sendiri, dan seluruh hasil ladang itu dicukupkan untuk kebutuhan keluarganya sendiri.
Komentar