Sebagai pemimpin yang visioner, Soekarno sudah memiliki pandangan mengenai bagaimana Indonesia ke depannya.
Setelah sekian lama Indonesia dianggap rendah oleh bangsa lain, di sinilah Soekarno hadir dengan salah satu kebijakan kepemimpinan kontemporer yang beliau lakukan saat itu.
Beliau mengajukan proposal Indonesia untuk dapat menjadi tuan rumah Asian Games pada 1951 dan 1954.
Kedua usaha tersebut rupanya mendapat penolakan karena Indonesia dinilai tidak memiliki infrastruktur yang memadai bagi pesta olahraga Asia terbesar ini.
Sampai pada puncak tahun 1958, proposal Indonesia diterima dan Indonesia didapuk menjadi tuan rumah bagi Asian Games 1962 kala itu.
Walaupun sebenarnya usia Indonesia yang masih muda saat itu cukup membingungkan mengenai bagaimana kapabilitas Indonesia untuk menyelenggarakan acara besar tersebut.
Namun, Soekarno tidak menyerah begitu saja, beliau bergelora untuk mengubah mental bangsa Indonesia yang kala itu rendah diri agar lebih percaya diri dan agar seluruh bangsa Indonesia dapat dihargai di mata dunia.
Di sinilah beliau langsungkan Politik Mercusuar, dilakukan pembangunan mulai dari Hotel Indonesia, Kompleks Gelora Senayan, Tugu Selamat Datang, Monas, dan masih banyak proyek lainnya.
Pengambilan keputusan yang dilakukan oleh Soekarno ini adalah keputusan yang berani, mengingat kebijakan ini memberatkan hati Bung Hatta karena Indonesia baru saja merdeka dan perlu perbaikan ekonomi yang segera.
Kita tidak dapat menutup mata pada kemiskinan rakyat Indonesia kala itu, belum lagi ditambah dengan pergolakan politik dari Demokrasi Parlementer menuju Demokrasi Terpimpin, hubungan Soekarno dan Hatta juga merenggang karena perbedaan pendapat mengenai bentuk pemerintahan Indonesia.
Hatta menilai, Demokrasi Terpimpin yang digagas oleh Soekarno jauh daripada cita-cita demokrasi dan mengarah kepada kepemimpinan yang diktator.
Hatta pun mengundurkan diri dari jabatannya sebagai wakil presiden. Soekarno sendiri tetap teguh pendirian untuk melayangkan proyek pembangunan ini, dengan tujuan bahwa kehebatan Indonesia di mata dunia perlu digelorakan.
Saat dilakukan pembangunan proyek mercusuar tersebut, Soekarno juga mengedepankan kepemimpinan dalam kolaborasi bersama lebih dari empat puluh sarjana teknik dari Indonesia yang memimpin sekitar 12.000 tenaga kerja teknik sipil agar pembangunan proyek ini dapat berjalan dengan lancar.
Tak sampai di situ, Politik Mercusuar ini berlangsung bukan hanya demi kepentingan Asian Games namun digagas lagi GANEFO (Games of The New Emerging Forces).
Sedari Soekarno muda yang belajar untuk berpidato, sampai menjadi orator ulung dan sekarang menjadi tokoh terbesar Indonesia dan dihormati oleh dunia bukanlah hal yang mudah.
Tiap tahap dalam kehidupannya, jiwa kepemimpinannya dibentuk. Beliau diasah terus menerus sampai menjadi rupa pemimpin yang karismatik dan dicintai rakyatnya.
Hal inilah yang akan terus dikenang oleh bangsa kita, Ir Soekarno, Sang Singa Podium.(*)
Penulis : Juditha Danuvanya (Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Universitas Indonesia
Komentar