Debat Pertama Pilkada Makassar: Danny-Fatma Terstruktur yang Lain Ngelantur
“Apalagi yang nomor 2 (Munafri Arifuffin-Abdul Rahman Bando) itu, bukan visi yang disampaikan itu. Tidak jelas. Tidak punya arah apa yang mau dibicarakan ke depannya. Pak None itu, ya, masih agak jauh daripada realisasi untuk bisa terlaksana karena kelihatannya umum,” bebernya.
Bastian juga memberikan kredit khusus kepada Danny menegaskan soal pentingnya Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Sebab, realisasi program prioritas sepenuhnya berbasis pada pendapatan daerah.
“Kuncinya memang, kan, APBD yang utama. Kalau bukan itu, jadinya seperti berkhayal saja. Jadi memang, secara logika dan tata kelola pemerintah, yang sangat masuk akal adalah Danny-Fatma, kedua Dilan (Syamsu Rizal-Fadli Ananda), ketiga None (Irman Yasin Limpo-Andi Zunnun Nurdin Halid), dan keempat atau buncit itu nomor dua (Appi-Rahman),” katanya.
Di akhir debat, Danny memang memaparkan dua poin penting sebagai closing statement. Yakni tentang cara merealisasikan program dan seruan ke TPS untuk mencoblos ADAMA’ (akronim Danny-Fatma).
Bagi Danny, secara prinsip pemerintahan, bagaimana pendapatan bisa diperolah dan bagaimana belanja disalurkan. Belanja sangat ditentukan oleh pendapatan. Tidak ada belanja tanpa pendapatan. Pendapatan lebih penting dari belanja.
“Alhamdulillah, di antara semua pasangan calon, satuji visi misi yang membahas pendapatan. PAD Rp2 triliun adalah bagian dari ‘bahan bakar’ dalam menjalankan seluruh program-program yang kami canangkan. Tidak ada pendapatan, tidak ada progam yang jalan. Tanpa membahas pendapatan, semua visi menjadi omong kosong,” papar Danny. (*)
Tinggalkan Balasan