Harus Fokus DOB Luteng, Bukan Provinsi Tana Luwu

Teraskata.id, Palopo – Wacana pembentukan Daerah Otonom Baru (DOB) marak diperbincangkan. Itu setelah Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tito Karnavian ngotot membentuk Papua Selatan dan memekarkan dari Provinsi induknya, Papua.

Pembentukan DOB diperbincangkan hampir di semua daerah di Indonesia. Apatah lagi di Tana Luwu, yang sejak lama warganya mengidamkan pembentukan DOB Kabupaten Luwu Tengah dan Provinsi Luwu Raya.

Hanya saja, bagi masyarakat Tana Luwu, seharusnya saat ini harus fokus pada pembentukan DOB Luwu Tengah dan menghentukan sejenak diskusi soal pembentukan DOB Provinsi Luwu Raya.

Demikian diungkapkan Aktivis Tana Luwu, Afrianto Nurdin yang juga Mahasiswa Pascasarjana UMI, kepada teraskata.id. Menurut Afri-sapaan akrabnya- para elit politik dan pemangku kepentingan di Tana harus fokus melakukan lobi dan mendesak pemerintah pusat segera mencabut moratorium. Dan melanjutkan perjuangan pemekaran DOB Luteng.

”Kita prioritaskan mendorong pembentukan DOB Luwu tengah, setelah itu baru kita bicara provinsi, karena kelayakan membentuk DOB Provinsi, bergantung pada terbentuknya Kabupaten Luteng,” kata Afri.

Langkah konkrit yang harus kembali dilakukan oleh para pihak di Tana Luwu dalam rangka pembentukan Luwu tengah, adalah dengan duduk bersama merumuskan strategi ditingkat pusat hingga lokal.

”Semisal terkait soal morotarium, hal mendasar dikeluarkannya keputusan ini, karena hasil penelitian pemerintah pusat, melihat ketergantungan besar Pemda terhadap pemerintah pusat. Bahkan beberapa kabupaten induk yang terpisah menjadi daerah tertinggal,” lanjutnya.

Olehnya itu kata dia, Luwu tengah harus dibincangkan lebih jauh terkait potensi pengembangan wilayahnya. Sebab jika diteliti lebih jauh, wilayah Luwu Tengah sangat strategis dari sisi geografis. Juga memiliki potensi unggulan di sektor pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan.

”Berdasarkan hasil perhitungan LQ, data yang diolah dari keseluruhan komoditi di 6 Kecamatan menunjukkan setiap sektor memiliki 2-3 sektor unggulan. Bahkan hasil perhitungan LQ nya, terdapat komoditi yang nilainya lebih dari 4. Artinya. Bahwa komoditi ini bisa melakukan 4 kali lipat ekspor dan melampaui kebutuhan pasar domestik,” ujar eks presiden BEM UNCP ini.

Menurut Mahasiswa Pascasarjana jurusan Ekonomi Pembangunan ini, kemandirian Walenrang-Lamasi (Walmas) yang terdiri dari enam Kecamatan diyakininya mampu mengelolah DOB Luwu Tengah berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukannya dalam tesis yang sedang disusunnya.

”Dari data tesis saya yang berjudul ‘Analisis potensi pengembangan wilayah dalam kerangka pembentukan daerah otonomi baru Luwu tengah’ terlihat jelas bahwa DOB Luwu Tengah mampu mandiri khususnya dari aspek ekonominya,” tutupnya. (*)

Komentar