Parpol Bukan Jaminan Kemenangan Cakada

TERASKATA.id, Palopo – Jelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak tahun 2020 mendatang, sejumlah Bakal Calon Kepala Daerah (Cakada) terus berebut Partai Politik (Parpol) sebagai kendaraan pada pesta demokrasi lima tahunan itu.

Hal itu ditandai dengan mendaftarnya para figur ke partai politik. Baik sebagai calon bupati maupun calon wakil bupati. Alasan mereka berebut parpol, yang utama adalah untuk memenuhi syarat minimal 20 persen dari jumlah kursi di DPRD.

Selain untuk memenuhi syarat, juga diharapkan partai politik dapat menjadi amunisi sebagaii mesin politik yang dapat meningkatkan elektoral kandidat.

Hanya saja, kecenderungan partai politik dapat meningkatkan elektoral kandidat sangat kecil dalam proses pilkada. Setidaknya dibeberapa pilkada, mesin partai politik tidak begitu berjalan maksimal. Bahkan tidak berefek signifikan terhadap dukungan pemilih.

Direktur Eksekutif Indeks Politica Indonesia (IPI), Suwadi Idris Amir, kepada teraskata.id mengatakan, pengaruh partai politik di momentum pilkada sangat kecil sebagai mesin pemenangan kandidat yang diusung. Parpol hanya berfungsi sebagai alat untuk memenuhi syarat dalam mengusung kandidat.

”Berdasarkan pengalaman saya dalam memantau pilkada, pengaruh parpol tergolong kecil pengaruhnya sebagai mesin pemenangan. Parpol lebih pada faktor mengusung figur menjadi calon,” ungkap Suwadi.

Olehnya itu para bakal calon kepala daerah tidak mesti berfikir untuk membentuk koalisi parpol yang gemuk dalam proses pilkada. Ia menyarankan, jika syarat untuk mengusung Cakada sudah cukup maka lebih efektif bagi para figur untuk memaksimalkan jejaring tim, relawan, jaringan keluarga dan kerja-kerja lembaga konsultan profesional.

”Tidak boleh mengandalkan parpol. Harus kedepankan jaringan tim, relawan, jaringan keluarga, serta gerakan-gerakan konsultan,” tegasnya.

Keseriusan mesin parpol bekerja memenangkan kandidat baru dapat terlihat jika kandidat yang diusung oleh oleh parpol yang bersangkutan merupakan kadernya sendiri. Bahkan dibeberapa peristiwa politik koalisi parpol gemuk malah dikalahkan oleh kandidat yang diusung oleh parpol koalisi ramping. Bahkan di Kota Makassar, kandidat yang diusung koalisi parpol gemuk, harus tumbang melawan peti kosong. (*)

Komentar