TERASKATA.COM

Dari Timur Membangun Indonesia

Mengenal AKBP Fauzan Arianto, Pernah Gagal Masuk Akpol Kini Jabat Kapolres Kutim

admin | admin admin
Fauzan Arianto, SH.SIK.MH. (Kapolres Kutai Timur)

TERASKATA.Com, Kutai Timur – Hidup tak selalu berjalan mulus. Kalimat itu tampaknya sangat melekat dalam perjalanan Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) Fauzan Arianto. Siapa sangka, pemuda yang pernah menangis di sebuah wartel kecil di Solo karena gagal masuk Akademi Kepolisian (Akpol), kini berdiri tegak sebagai Kapolres Kutai Timur, memimpin jajaran kepolisian di salah satu wilayah strategis Kalimantan Timur.

Fauzan lahir di Marabahan, Kabupaten Barito Kuala, Kalimantan Selatan, pada 7 November 1981. Ia merupakan anak kedua dari pasangan seorang pegawai bank dan seorang guru sekolah dasar. Kehidupan keluarga mereka jauh dari kata mewah, tetapi penuh dengan nilai-nilai pendidikan dan kedisiplinan.

Sejak kecil, Fauzan sudah menunjukkan kecerdasan. Pada usia belum genap lima tahun, ia sudah lancar membaca. Prestasi akademiknya terus terjaga hingga SMA, bahkan ia juga dikenal aktif dalam berbagai cabang olahraga seperti sepak bola, basket, dan tenis. Dukungan orang tua selalu hadir, meski kondisi ekonomi keluarga terbatas.

Selepas SMA, cita-cita Fauzan sebenarnya bukan menjadi polisi, melainkan perwira TNI Angkatan Laut. Ia ingin berdiri gagah di atas KRI Dewaruci. Sambil menunggu pendaftaran, ia menempuh kuliah di Universitas Lambung Mangkurat jurusan Teknik Arsitektur.

Tahun 2001, ia mengikuti seleksi TNI AL. Namun nasib berkata lain, ia gagal di tahap akhir. Air mata pun pecah saat ia menyampaikan kabar itu kepada sang ibu melalui telepon di sebuah wartel kecil di Solo. “Ma, izin enggak lulus,” ucapnya kala itu, dengan suara bergetar.

Kegagalan itu menjadi pukulan berat, namun juga titik balik. Di perjalanan pulang, matanya tertumbuk pada spanduk penerimaan taruna Akpol. Dorongan dari Kapolres Barito Kuala saat itu, AKBP Sukri Pasaribu, membuatnya mencoba jalur baru.

Perjuangan masuk Akpol ternyata juga tak mudah. Fauzan kembali gagal dalam seleksi 2001. Namun semangatnya tak padam. Tahun 2002, ia kembali mencoba, meski nyaris kandas karena salah jadwal tes. Keajaiban datang ketika ia diperbolehkan mengikuti tes susulan bersama lima anggota Brimob yang terlambat.

Dari situlah jalan terbuka. Fauzan lolos seleksi daerah, kemudian ke Semarang, hingga akhirnya diterima sebagai Taruna Akpol angkatan 2005. “Alhamdulillah, akhirnya lulus,” kenangnya.

Karier Fauzan Arianto di Kepolisian

Empat tahun pendidikan di Semarang membentuknya menjadi perwira muda Polri. Setelah lulus, ia mengawali karier dari bawah. Tugas sebagai Kapolsek Batu Ampar dan Takisung membuatnya dekat dengan masyarakat akar rumput. Saat dipercaya menjadi Kasatlantas di Polres Tabalong dan Tanah Laut, ia memahami betapa pentingnya tertib lalu lintas bagi aktivitas ekonomi.

Pengalaman yang paling berkesan adalah ketika ditempatkan di Divisi Humas Polri. Di sana, Fauzan terlibat dalam pengelolaan media sosial dan produk kreatif, memperkuat pemahaman bahwa komunikasi publik merupakan bagian penting dari tugas kepolisian modern.

“Media adalah mitra strategis kita dalam membangun kepercayaan publik,” ujarnya.

Jenjang kariernya terus menanjak. Dari Ipda, Iptu, AKP, hingga Kompol pada 2017, dan kini menyandang pangkat AKBP. Ia juga sempat menempuh pendidikan Sespimmen Dikreg Ke-62 di Lembang, Bandung, pada 2022 sebagai syarat penting untuk menduduki jabatan Kapolres.

Pengalaman panjang dan beragam itu akhirnya membawanya ke Kutai Timur. Sebagai Kapolres, Fauzan dihadapkan pada tantangan menjaga keamanan di wilayah dengan karakteristik sosial, ekonomi, dan geografis yang kompleks.

Dengan latar belakang perjalanan hidup penuh perjuangan, Fauzan menekankan pentingnya kerja keras, komunikasi, serta kedekatan dengan masyarakat. Baginya, kegagalan masa lalu bukanlah akhir, melainkan bagian dari proses menuju keberhasilan.

“Saya selalu percaya, kalau kita sabar dan terus berusaha, pada akhirnya jalan akan terbuka,” ucapnya dengan penuh keyakinan.

Kini, dari seorang anak kampung di tepian Sungai Barito, Fauzan Arianto menjelma menjadi pemimpin kepolisian yang memegang tanggung jawab besar di Kutai Timur. Kisah hidupnya menjadi teladan bahwa tekad dan keteguhan hati mampu mengubah air mata kegagalan menjadi senyum keberhasilan. (Ronny/teraskata)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini