Derita Nabila, Pihak Sekolah Siapkan Program Donasi

TERASKATA.COM, Tanjungpinang – Marsya Nabila Yosi Putri (14) atau yang sering dipanggil Nabila yang sempat dikunjungi tim Forum sosial peduli negeri (fospen) Kepri. Menyisakan kisah yang menarik untum ditelusuri.

Putri tunggal pasangan Triyono dan Lusiana ini sudah hidup bersama ibu angkatnya yang bernama Dwi Purnamasari dari usia 3 tahun. Bukan karena keadaan ekonomi yang membuatnya mengangkat Nabila menjadi anaknya. Namun karena ia kasihan dengan Nabila disebabkan ibu nabila yang bekerja memaksanya meninggalkan Nabila.

“Kebetulan anak saya 2 orang laki- laki tidak punya anak perempuan. Daripada Nabila ditinggal lebih baik saya ambil jadi anak saya. Umur 3 hari Nabila sudah sama saya. Ibunya juga bekerja ksn kasihan tidak ada yang mrnjaga”, terangnya.

Remaja kelahiran Tanjungpinang, 18 September 2007 tersebut betah hidup bersama keluarga angkatnya. Dwi Purnamasari dipanggil Nabila dengan sebutan mak ucu. “Dia suka panggil saya ‘mak’”, singkatnya.

Menurut Dwi, suaminya Asri dan dua orang anak lelakinya juga menyayangi Nabila. Bahkan anak tertuanya tak mengizinkan Nabila untuk dijemput kembali oleh ibunya Lusiana. Terlebih sejak Ayah Nabila pergi menghadap Illahi untuk selamanya, keluarga ini semakin tidak rela Nabila dijemput ssng ibu untuk tinggal bersama.

“Nabila juga tidak mau sama ibunya. Jika berobat ya saya harus ikut. Dia tidak mau pergi sama ibunya,” cerita Dwi.

“Lagi pula waktu sehat Nabila dengsn saya, masak udah sakit saya kembalikan ke ibunya. Biarlah saat suka duka Nabila tetap jadi anak saya menjadi bahagian dari keluarga saya. Anak saya yang paling besar juga tidak memberi izin jika Nabila pulsng ke ibunya. Suami saya pun jika Nabila ngibap dirumah ibunya sibuk telepon- telepon supaya cepat balek ke rumah. Kami sudah menganggap Nabila seperti anak sendiri,” ceritanya lagi.

Bukti lain Dwi menganggap Nabila seperti anaknya sendiri ketika ia harus memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Ketika kondisi Nabila semakin menkhawatirkan ia pun memutuskan berhenti dari pekerjaannya. Dengan begitu ia harus rela berdiam dirumah tidak lagi bisa membantu perekonomian keluarga. Suaminya harus bekerja sendiri sebagai nelayan.

“Tadinya Nabila madih bisa saya tinggal sendiri, tetspi sejak Nsbila tidak bisa berjalan lagi saya putuskan berhenti kerja supaya saya bisa mengurusnya,” katanya.

Setelah Nabila menamatkan sekolah dasar, ua pun melanjutkan ke sekolah tingkat pertama ( smp) dan SMPN 10 menjadi pilihan kebetulan sekolah ini dekat dengan kediaman mak ucunya.

Hasil konfirmasi Teraskata.com ke SMPN 10 Tanjung Ugat, kepala sekolahnya, Endang susilowati membenarkan bahwa Nabila benar siswa di sekokah tersebut.

Menurut Endang pihaknya tetap menerima Nabila kendati dengsn keadaan Nabila tidak sehat secara fisik. “Pendidikan itukan hak setiap anak. Mereka berhak untuk bersekolah,” pungkas Endang.

Ia tidak memungkiri keadaan Nabila, namun karena sistim pengajaran yang serba online pihaknya belum sempat membesuk Nabila. Tetapi program untuk mengumpulkan donasi untuk Nabila sudah ada. “Program untuk mengumpulkan donasi bagi Nabila dari guru- guru sudah ada. Tetapi inikan juga lagi libur. Namun kearah sana kita sudah ada,” tukasnya.

Terpisah, walikelas Nabila, Laila juga mengaku demikian. Program untuk mengumpulkan donasi bagi Nabila. Namun dikarenakan Covid yang kian merebak, hal tersebut terpaksa ditunda.

“Selama saya menjadi walikelasnya tidak pernah ada keluhan perihal Nabila. Saya baru 2 kali bertemu Nabila secara langsung. Karena Covid kan anak-anak belajar dirumah, secara daring,” akunya.

Menurut Laila, orang tua Nabila juga tidak pernah bercerita atau berkeluh kesah dengan keadaan Nabila.

“Saya tahu Nabila keadaannya begitu. Tetapi urusan belajar secara zoom meeting Nabila selalu ada, tugas-tugas sekolah tidak pernah tidak dikerjakan. Tidak pernah izin untuk tidak ikut kelas. Nilainya diatas rata-rata. Melihat hasil ini siapa yang akan menyangka kondisi Nabilla memprihatinkan?” keluhnya. (Lan)

Komentar