Baiknya Kompleks Lalebbata Jadi Objek Destinasi Wisata

TERASKATA.id, Palopo – Kompleks Lalebbata yang terletak di Kelurahan Amassangan, Kecamatan Wara, Kota Palopo memiliki banyak bangunan peninggalan belanda.

Baiknya Kompleks Lalebbata dijadikan area kawasan cagar budaya dan sebagai objek destinasi wisata. Disana ada nilai historis dan budaya, yang diyakini mampu menarik turis baik domestik maupun mancanagera.

Demikian diungkapkan pegiat budaya Tana Luwu, Musly Anwar kepada teraskata.id. Menurutnya, Kompleks Lalebbata adalah kawasan kota yang atau kota tempoe doloe.

BACA JUGA: Lindungi Masyarakat Adat atas Kepemilikan Tanah Ulayat

”Lokasi itu bagusnya dijadikan kawasan Palopo Tempo Doloe,” tandasnya.

Kompleks yang dimaksud mencakup sekitaran Jalan Samiun, Manennungeng dan Landau. Menurut Musly keberadaan Kompleks Lalebbata sudaha da sejak tahun 1920. Itu dibuktikan dengan adanya bangunan belanda seperti Gereja PNIEL, Tahanan Belanda di Jalan Opu Tosappaile (Opsal Plaza), SD Langkanae, Rujab Wakil Walikota Palopo, Kodim 1403 Sawerigading, dan Eks Rumah Sakit Umum Daerah Sawerigading, dan beberapa bangunan peninggalan masa penjajahan Belanda.

BACA JUGA: Hunian Nyaman, Harga Terjangkau di Wilayah Strategis

”SD Langkanae, dulunya ada dua sekolah belanda yang bernama Lacher Scool dan ForFol. Sedangkan Penjara Belanda, dulunya adalah tempat para pejuang Tana Luwu ditahan. Seperti Andi Tenridjeng, Andi Ahmad dan H. Hasan,” ungkap Musly.

Secara historis kata Musly, Kompleks Lalebbata juga menjadi pusat pertempuran Hari Perlawanan Rakyat Luwu 23 Januari 1946. Dimana dihari itu juga, pejuang Tana Luwu, Manennungeng gugur di medan tempur. (*)

Komentar