Mengetahui Asal Usul Alat Kontrasepsi Kondom

Publik Kota Palopo digegerkan dengan data jumlah pengguna alat kontrasepsi jenis Kondom di Kota Idaman itu.

Betapa tidak, data yang termuat dalam rancangan akhir Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Palopo tahun 2018-2023 itu, angkanya cukup memprihatinkan.

Pada tahun 2017 saja, angkanya sudah mencapai 40.279 orang. Parahnya lagi, mereka yang menggunakan kondom adalah warga palopo yang berada pada usia 15-24 tahun.

Meski disadari, tingginya angka penggunaan kondom, tidak mesti seluruhnya ditanggapi negatif. Karena bisa jadi, itu juga adalah bagian keberhasilan pemerintah dalam menekan mewabahnya Penyakit Menular Seks (Seks).

Disisi lain, usia 15-24 tahun itu adalah usia yang sangat muda. Mayoritas, usia diangka tersebut belum menikah. Itu artinya, pengguna kondom adalah remaja dan pemuda yang belum sah secara hukum agama untuk melakukan hubungan suami istri.

Pada tulisan ini, redaksi teraskata.id tidak akan mengulas secara detail tentang angka-angka dan sumber valid dari data yang menunjukkan tingginya penggunaan kondom di Kota Palopo yang menggegerkan itu. Sekalipun banyak kalangan di Kota Religi ini menduga jika poin didalam RPJMD yang memuat data pengguna kondom tersebut hasil copy paste.

Redaksi teraskata.id pada tulisan ini ingi berbagi informasi tentang apa sebenarnya tujuan dan darimana asal usul dari kondom yang seketika ramai diperbincangkan di Kota Palopo itu.

Dikutip dari wikipedia, Kondom adalah alat kontrasepsi atau alat untuk mencegah kehamilan atau penularan penyakit kelamin pada saat bersanggama. Kondom biasanya dibuat dari bahan karet latex dan dipakaikan pada alat kelamin pria atau wanita pada keadaan ereksi sebelum bersanggama (bersetubuh) atau berhubungan suami-istri.

Kondom tidak hanya dipakai oleh lelaki, terdapat pula kondom wanita yang dirancang khusus untuk digunakan oleh wanita. Kondom ini berbentuk silinder yang dimasukkan ke dalam alat kelamin atau kemaluan wanita.

Cara kerja kondom wanita sama dengan cara kondom lelaki, yaitu mencegah sperma masuk ke dalam alat reproduksi wanita. Manfaat, keterbatasan maupun efek samping yang ditimbulkan kondom wanita, hampir sama dengan kondom lelaki. Tingkat efektifitas kondom wanita akan tinggi, apabila cara menggunakannya benar. Angka kegagalan kontrasepsi kondom sangat sedikit yaitu 2-12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

Dikutip dari The Humble Little Condom: A History karya Aine Coiller, Kondom sudah dikenal sejak berabad-abad lalu dengan beragam fungsi. Memang, pro-kontra selalu menyertai perjalanan sejarahnya. Pada era modern, kondom dipakai untuk mencegah penularan penyakit kelamin dan mencegah kehamilan.

Berikut ini perjalanan panjang sejarah kondom:

Pada tahun 11.000 SM, Grotte Des Combarrelles, gua di Prancis, memiliki lukisan di dinding yang menggambarkan kondom. Para ilmuwan meyakininya sebagai bukti awal keberadaan kondom.

Tahun 1000 SM, di Mesir kuno, sejarawan percaya orang menggunakan selubung linen untuk melindungi kelamin dari serangga dan penyakit tropis. Kemduian pada tahun 1400, Tiongkok dan Jepang menggunakan glans condom yang berfungsi menutupi kepala penis untuk mengontrol kelahiran dan mencegah infeksi. Di Tiongkok, ia terbuat dari usus domba atau kertas sutra yang diminyaki, sementara di Jepang dari kulit kura-kura atau tanduk binatang.

Sementara di Italia pada tahun 1500-an, Gabriello Fallopio, ahli anatomi dan dokter, menerbitkan De Morbo Gallico tahun 1564 yang mendeskripsikan pengunaan kondom untuk pencegahan penyakit sifilis. Selubung linen direndam dalam larutan kimia dan dibiarkan mengering sebelum digunakan. Ia dipakai untuk menutupi kepala penis dengan sebuah pita.

Pada abad ke-17 tepatnya pada tahun 1600, Dr. Condom atau Earl of Condom, dokter Raja Charles II di Inggris, menemukan alat untuk mencegah penyakit kelamin yang terbuat dari selubung usus domba. Bukti awal dari kondom ini ditemukan dalam penggalian di Kastil Dudley, West Midlands, Inggris. Nama kondom diduga berasal dari nama sang dokter.

Dua ratus tahun kemudian, yakni pada 1839, Charles Goodyear, ahli kimia dan insinyur manufaktur dari Amerika Serikat, menemukan vulkanisasi karet, yang kemudian dipakai dalam pembuatan kondom yang elastis dan lebih kuat. Namun kondom karet pertama baru diproduksi tahun 1855.

Seorang ahli kimia Jerman, Julius Fromm pada tahun 1912 kemudian menciptakan metode baru untuk memproduksi kondom. Dia mencelupkan cetakan kaca ke larutan karet mentah yang membentuk tekstur pada kondom. Disusul dengan penemuan lateks pada 1920-an. Saat itu bermunculan kondom berbahan lateks yang lebih tipis dan kuat. Penghasil kondom lateks pertama adalah Young’s Rubber Company dari Amerika Serikat. Kondom ini diproduksi secara massal dan jauh lebih murah daripada kondom linen.

Tahun 1929 The London Rubber Company (LRC), perusahaan karet London mendaftarkan Durex sebagai merek. Brand kondom lateks pertama ini menjadi merek terkenal dan terdistribusi luas saat ini. Sebelumnya, pada 1915, perusahaan yang didirikan oleh L.A. Jackson ini menjual kondom impor dan perlengkapan tukang cukur. Durex kemudian menciptakan kondom yang dilengkapi dengan pelumas pada tahun 1957.

Kondom perempuan pertama, justeru mulai hadir pada tahun 1984. Saat itu, seorang dokter Denmark, Lasse Hessel menyerahkan dan kemudian mengembangkan sebuah prototipe kondom perempuan pertama.

Tidak sampai disitu, pada tahun 1992, sebuah perusahaan Amerika Serikat, Origami Condom, mengembangkan Origami Anal Condom (OAC) yang dirancang untuk aktivitas seks anal.

Pada tahun 1995, mulailah diperkenalkan kondom plastik yang sudah dikembangkan dengan formulasi baru, seperti Avanti dari Durex, yang lebih kuat, tipis, dan bisa dilapisi pelumas berbahan dasar minyak tanpa membusuk seperti karet. Belum begitu popular jika dibandingkan kondom lateks yang lebih murah.

Tahun 2005 silam, Sonetha Ehlers, seorang dokter perempuan dari Afrika Selatan, memperkenalkan kondom antipemerkosaan bernama Rape-aXe yang terbuat dari lateks. Ketika terjadi pemerkosaan, rangkaian kancing giginya akan mencengkeram penis dan hanya bisa dilepaskan seorang dokter.

Di tahun 2000-an, Kondom akhirnya berkembang lebih variatif, dari segi tekstur, ukuran, bentuk, warna, dan bahkan memiliki varian rasa. (*)

Komentar