OPINI: Banjir Bukan Sekadar Problem Administrasi

Setiap kebijakan yang dihasilkan tidak membuat masalah menjadi tuntas. Revisi satu ke revisi berikutnya akan terus dilakukan dan disesuaikan atas kepentingan kapitalis global, khususnya melalui kebijakan baru dalam setiap pergantian penguasa. 

Hal ini berpotensi pada ketidakpastian setiap UU atau kebijakan yang berkaitan pada kelestarian lingkungan, karena terus berubah sesuai kepentingan.

Inilah buah pahit system kehidupan sekularisme, dengan system politik demokrasi dan system ekonomi kapitalismenya. Ia Akar masalah banjir sistemik negeri ini. 

Maka, meninggalkan sistem kehidupan sekuler dan kembali papda system kehidupan islam adalah satu-satunya solusi. Islam yang merupakan rahmatuntuk seluruh alam mempunyai solusi yang bisa mengatasi banjir dan genangan. 

Islam dalam naungan negara yaitu Khilafah tentu memiliki kebijakan efektif dan efesien. Kebijakan tersebut mencakup sebelum, ketika dan pasca banjir. 

Dalam pandangan Islam, air, hutan, dan lahan adalah ciptaan Allah subhanahu wa ta’ala, diciptakan-Nya untuk kesejahteraan manusia, bukan komoditas. “Dialah (Allah) yang menciptakan segala apa yang di bumi untuk mu…” (TQS Al Baqarah [2]: 29).

Penanganan bencana di dalam Islam akan senantiasa tegak pada dasar akidah Islamiyyah, sebagaimana dasar negaranya. Kemaslahatan dengan konsep kemanusiaan yang bersumber dari Ke-Ilahian akan menjadi prinsipnya. 

Islam adalah ajaran yang sempurna, sejak awal sebelum terjadi bencana amar ma’ruf nahi mungkar akan senantiasa menjamur di negeri kaum muslimin.

Manajemen bencana akan dibagi menjadi tiga fase, yang pertama fase pra bencana. Pembangunan sarana fisik akan dilakukan untuk mencegah bencana seperti pembangunan bendungan, kanal, tanggul dan sebagainya.

Pemeliharaan wilayah aliran sungai dari pendangkalan, relokasi, menjaga kebersihan, tata kelola sampah, tata kelola kota berbasis amdal, reboisasi dan relokasi untuk wilayah yang tidak layak huni akan dilakukan sebelum bencana terjadi.

Fase kedua, yakni pada saat terjadi bencana. Negara secara sigap akan melakukan seluruh aktifitas yang dapat menekan jumlah korban. 

Evakuasi korban secepat-cepatnya, berkomunikasi langsung dengan korban, membentuk dapur umum dan posko kesehatan, termasuk pembukaan akses komunikasi oleh tim penyelamat seperti halnya tim SAR pada hari ini. 

Sebagaimana dahulu Umar bin Al Khattab segera membentuk tim dari 4 orang sahabat yakni Abdullah bin Utbah bin Mas’ud, Yazid bin Ukhtinnamur, Miswar bin Makhramah dan Abdurrahman bin Al Qari.

Komentar