OPINI: Bersepeda, Antara Fungsi dan Gengsi (1)
Oleh: Nirwan – Mahasiswa Universitas Hasanuddin Makassar
DI tengah situasi New normal pandemi covid-19 yang masih dinamis, banyak orang-orang melakukan aktifitas olahraga atau kebugaran dalam menjaga imun (sistem kekebalan tubuh) agar terhindar dari paparan virus yang berujung pada infeksi dalam tubuh.
Meskipun berada diluar rumah tanpa ada urusan yang urgenttidak dianjurkan pemerintah, namun banyak kita saksikan disudut-sudut kota maupun pedesaan yang masih abai dalam mematuhi protokol kesehatan.
Tentu hal ini sangat berbahaya karena bisa mengancam diri sendiri ataupun orang lain yang saling berinterkasi.
Beraktifitas atau bekerja dari rumah (Work From Home), adalah salah satu cara untuk memutus mata rantai penyebaran virus ini.
Namun berada dirumah selama berbulan-bulan menjadi sebuah tantangan tersendiri karena timbulnya rasa bosan, jemu, dan jenuh.
Selain itu, didalam rumah tentu banyak konflik yang terjadi, kekerasan terhadap anak misalnya. KPAI mencatat terdapat 4.116 kasus kekerasan terhadap anak ditahun 2020 ini. Belum lagi kasus lainnya, seperti perceraian, pembunuhan dan lain-lain.
Berangkat dari rasa “adanya ketidaknyamanan” dalam lingkungan rumah, membuat sebagian besar masyarakat memaksakan diri untuk tetap beraktifitas diluar rumah. Walaupun ancaman sedang menunggu diluar sana. Namun karena kebutuhan perut dan raga, hal tersebut dapat disisihkan.
Dengan tuntutan untuk tetap sehat dan bugar dalam beraktifitas tanpa adanya rasa bosan, jemu dan jenuh, membuat sebagian besar masyarakat memilih untuk berolahraga ataupun menjaga jasmaniah ditengah ancaman yang terus mengintai tubuh manusia.
Beragam aktifitas olahraga yang dilakukan dalam menjaga kesehatan, seperti jogging, gym, berenang, menari, senam, bela diri, memanah dan bersepeda menjadi trendmasa kini untuk tetap hidup sehat.
Kecendrungan saat ini, banyak kita jumpai di lorong-lorong kota, jalan utama hingga pelosok desa yang sedang bersepeda Mulai dari anak-anak, remaja, orang tua hingga manula yang sedang asyik menggayungkan roda duanya. Berbagai jenis dan model pun kita dapat saksikan, seperti sepeda gunung, sepeda hybrid, sepeda lipat, sepeda ontel, BMX dan sepeda balap.
Dari merek Pasifik hingga merek Brompton, dari harga ratusan hingga ratusan juta rupiah.
Bersepeda saat ini menjadi salah satu jenis olahraga yang banyak di gandrungi masyarakat. Tanpa melihat strata sosial seseorang, sepeda dapat digunakan oleh siapa pun, mulai dari yang profesional maupun yang masih latah, dari yang muda hingga yang tua, dari miskin ataupun yang kaya.
Selain karena harga yang lebih terjangkau, sepeda juga banyak memberikan manfaat, seperti menigkatkan kesehatan, mencegah penyakit, mempromosikan toleransi, serta menghormati dan memfasilitasi inklusi sosial dan pengembangan budaya damai.
Selain itu juga sepeda adalah simbol transportasi yang berkelanjutan, menyampaikan pesan positif untuk mendorong konsumsi dan produksi berkelanjutan, yang tentunya memiliki dampak positif pada kondisi iklim saat ini.
Trendbersepeda, tentu menjadi aktifitas yang sangat positif, apatah lagi di tengah kondisi yang dinamis seperti ini, perlu adanya kondisi fisik yang bugar dan juga tidak menguras kantong karena tanpa bahan bakar, ramah lingkungan dan tentunya mengurangi kemacetan di kota-kota besar.
Namun perlu kita sadari bahwa, bersepeda juga punya nilai-nilai yang tertanam didalamnya. Ada aturan yang perlu kita terapkan dalam menggayungnya, serta ada nilai moral yang perlu kita imani dalam memilikinya.(*)
Tinggalkan Balasan