Pembelaan Oknum ASN Lutim Soal Kasus Rudapaksa 3 Putrinya: Saya Tidak Punya Kemampuan Intervensi Polisi dan Dokter
TERASKATA.COM, MALILI – Oknum ASN di Pemkab Luwu Timur berinisial SA menjadi sorotan publik setelah viralnya kembali kasus rudapaksa tiga bersaudara yang tidak lain adalah anak-anaknya sendiri.
SA berstatus terlapor dalam kasus rudapaksa yang penyelidikannya sudah dihentikan penyidik Polres Luwu Timur pada Desember 2019 lalu karena dianggap tidak cukup bukti.
Meski sudah terbit Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) pada penghujung 2019 lalu, namun kasus ini kembali viral, Kamis (7/10/2021) setelah mantan istri SA, RA selaku pelapor dalam kasus dua tahun lalu itu, membuat pengakuan di media Projectmultatuli.org.
Dikonfirmasi Teraskata.com via telepon, Jumat siang, SA mengaku cukup terkejut dengan viralnya kasus tersebut, karena setahunya kasus ini sudah dihentikan penyelidikannya.
SA yang jadi sorotan utama publik karena kasus ini mengatakan orang-orang tidak memahami kejadian sebenarnya.
Ia mengklaim mantan istrinya itu memaksakan kehendak, berusaha agar orang-orang percaya dengan fitnah yang dituduhkan kepadanya.
Menurut SA, dirinya yang hanya pegawai biasa tidak memiliki kemampuan untuk mengintervensi polisi dan dokter dalam kasus ini.
“Terus kalau kita mau analisa secara logika, saya ini siapa mau mempengaruhi ini (kasus). Tuduhannya (ke saya) bahwa bisa mempengaruhi penyidik,” ujarnya.
“Sedangkan bupati, ketua DPRD diambil (ditangkap). Apalagi semacam kita ini kalau memang melakukan kesalahan,” kata SA, Jumat siang.
Menurutnya, kasus ini dihentikan penyelidikannya oleh polisi karena bukti visum menegaskan tidak adanya tanda-tanda kekerasan seksual yang dialami ketiga putrinya seperti yang dilaporkan RA.
“Itu kan ada dua bukti visum di sini (Lutim) sama di Makassar (RS Bhayangakara). Tidak mungkin para dokter itu mempertaruhkan pekerjaannya, jabatannya untuk membuat laporan (hasil visum) yang tidak sesuai hasil pemeriksaanya,” lanjut SA.
Lanjut SA, fakta lain yang bisa dianalisa secara logika soal hubungannya dengan anak-anaknya yang sampai saat ini tetap harmonis.
“Hubungan saya dengan mereka (anak-anak) baik. Kalau mereka pernah mengalami kekerasan kan mungkin trauma atau takut sama saya,” ujarnya.
SA juga membantah tudingan bahwa selama ini dirinya tidak pernah lagi menafkahi ketiga anaknya.
“Setiap bulan saya transfer pak. Bahkan untuk memastikan bahwa kiriman (uang) saya sampai, saya menanyakan ke pihak bank, apakah nomor rekening mantan istri saya itu aktif. Bukti-buktinya ada. Saya kumpulkan,” ujarnya.
Sekadar diketahui, SA dan RA sudah bercerai sejak 2017 lalu.
Dalam pengakuan RA kepada wartawan, SA sudah tidak menafkahi ketiga anaknya. Namun tudingan itu dibantah SA.
Adapun penyebab RA melaporkan dirinya melakukan kekerasan seksual kepada ketiga putrinya, SA menduga karena mantan istrinya itu sakit hati.
“Apa yang dituduhkan kepada saya itu tidak pernah terjadi. Hal-hal demikian tidak masuk akal. Itu mungkin dia sakit hati atau apa karena sempat dia melihat saya video call dengan calon istri saya,” ujar SA.
Tiga hari setelah video call itu, dia langsung melapor ke polisi terkait tuduhan perkosaan itu.
“Padahal hubungan saya dengan anak-anak selama ini terjalin sangat bagus. Anak-anak sering main ke kantor. Mamanya (RA) sendiri yang biasa suruh jemput di sekolah,” akunya.
Setelah laporan itu lanjutnya, dia juga melaporkan balik mantan istrinya namun sampai sekarang SF mengaku belum mengetahui perkembangan laporannya di pihak kepolisian.(*/int)
Tinggalkan Balasan